Sunday, July 15, 2012

Nasehat Guru



Sore hari, obrolan dengan guru tercinta terus berjalan, entah topik apa yang dipakai. Entah darimana awal obrolan kami. Tersadar kalau kita sedang ngobrol saat di tengah obrolan beliau memberikan pertanyaan kepada saya, "Sebenernya apa tujuan sekolah ?". Terdiam, kaget, tak bisa menjawab. Seketika otak langsung mencari jawaban kemana-mana yang kira-kira logis. Buntu. Tak nemu jawaban. Kalaupun dijawab agar pintar kemudian bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan kemudian menjadi sukses, itu jawaban umum yang pastinya semua orang akan menjawab seperti itu, dan beliau tak mungkin menanyakannya kepada saya. Kalau kita di sodorkan dengan berbagai macam disiplin ilmu, dari yang agama sampai ilmu umum, lalu apa dampaknya pada kehidupan kita ? kehidupan masyarakat ? kehidupan sekitar kita ?. Sekolah hanya mengikat hubungan antara guru dengan murid sampai ia lulus, sampai ia berhenti bayar bulanan. Setelah lulus ? pisah, tak ada lagi tanggung jawab.Itulah ikatan antara guru dan murid di sekolah, selama ada bayaran.

Guru terkadang lupa, masih ada tanggung jawab moral yang masih dipegangnya, memperhatikan jalannya si murid. Kalau baik ya didukung, kalau salah ya di tegur. Tanggung jawab moral ini bukanlah suatu bayaran, tapi bermodal kesadaran. "kuliah dimana ? Gimana kuliahnya ?" Setidaknya dua pertanyaan itu sudah menjadi pertanyaan yang basi di telinga para murid yang baru lulus. Bagaimana tidak, hampir setiap guru menanyakan hal tersebut.

Dengan kopi item dan rokok, obrolan terus mengalir....Obrolan kami sedikit goyang, lagi lagi beliau menasehati saya "Kalau mau selamat di dunia, jangan masuk partai dan PNS". Okelah kalau Partai memang kita semua pasti udah tau busuknya, kalau PNS ? saya bertanya kepada beliau kenapa PNS juga tidak boleh. Dari awal masuknya saja udah gak bener, melewati perorangan, dan kita disuruh bayar untuk menjamin diri kita diterima jadi PNS. Bolehlah kalau kamu ikut tes menjadi PNS, tapi tidak melalui orang atau institusi tertentu. Ikutilah ujian menjadi PNS dengan jujur, ikuti jalan yang disiapkan pemerintah. Lalu, saat sudah menjadi Pegawai Negri Sipil, kita ingin naik jabatan, bahkan naik jabatan saja kita harus bayar sekian. Itu jawaban yang diberikan oleh beliau.
"Kalau kamu kerja di tempat basah, kamu harus bisa ngepelnya, bukan ikutan menjadi basah" ~Nasehat Beliau.

waktu terus berjalan, senja akan hilang, kopi pun sudah dingin, tapi obrolan kami terus mengalir. "Anak-anak gimana jan ? sehat ?" Tanya beliau tiba-tiba. Dengan jawaban yang sok tahu, saya pun menjawab " sehat, insya Allah, cuma kemaren ada yang sakit tadz" Ternyata pertanyaan beliau adalah kode bagi obrolan kami selanjutnya. "Kapan kumpul jan anak-anak ?" tanya beliau. "Sekarang mah susah tadz mau ngumpul, kadang pada sibuk atau punya acara sendiri " Jawab saya. Beliau pun berkata, ya itulah dia, udah punya kehidupan sendiri-sendiri, mengejar kesuksesannya sendiri-sendiri, semakin kesini ego akan semakin besar. Ego lah yang harus di goyang. Angkatan kalian itu ego nya masih kuat, masing-masing orang hanya mikirin diri sendiri. Gak mau ngumpul kalau dia gak untung.Kumpul jan ! Bikin acara apa kek. Saling sharing, atau ngadain acara buka bersama bareng anak yatim atau anak jalanan.~Itu pesan beliau. Seketika hati langsung nyess..... ingin rasanya mengulang kembali obrolan dan melewatkan bagian ini. Ternyata beliau juga memperhatikan kami, muridnya , bukan hanya di dalam kelas, tapi kehidupan kami.Tinggalah malu dalam hati.

Kopi tidak juga habis, sisa waktu kami nikmati dengan menonton pertandingan bola di televisi. Tak lama, saya pulang dengan membawa segenggam pertanyaan dan rasa malu.
PR yang masih terus saya cari jawabannya, "Apa tujuan  sekolah ? Apa efek nya sama kehidupan ? kehidupan bermasyarakat ? belajar ini itu, apa manfaatnya bagi kehidupan masyarakat ?"

Berkah selalu untukmu wahai guru.......alfaaatehah....


Description: Mamang Ojan Rating: 4.5

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan komen .......