Saturday, January 12, 2013

Pelajari Perbedaan, Qiroat

Perbedaan yang kerap muncul sekarang ini selalu disikapi dengan kekonyolan. Perbedaan yang seharusnya adalah rahmat, namun kini menjadi seperti sebuah pecutan yang seharusnya tidak ada. Perbedan yang membawa ketakutan bagi beberapa orang. Perbedaan yang disikapi dengan ketergesaan tanpa mengkaji dulu. Mungkin karena kebodohannya, seseorang jadi gampang menghakimi orang lain yang tak sepaham dengan dia.

Seperti di sebuah sosial media, pernah saya lihat seseorang yang mengkafirkan orang lain hanya karena ada  'kata' di Alquran yang dia tidak ketahui. Padahal jika kita ingin mengkaji Alquran, kita harus memahami kaidah-kaidah tertentu dan harus banyak belajar disiplin ilmu yang menlingkupinya, seperti ; nahwu, shorof, munasabah ayat, asbabun nuzul, ilmu qiroat, balagoh,majaz alquran, dll.
Coba kita masuki disiplin ilmu itu stu satu, dari situ kita akan melihat banyaknya perbedaan yang muncul, dan semua itu memang diajarkan dan benar adanya. Jika kita pelajari nahwu, maka akan kita temukan berbagai macam perbedaan tanda baca atau harokat, seperti pada bacaan "Bismillah" saja bisa ketahui bahwa cara membaca "bismillah" tersebut tidak melulu "Bismillahi ar-rahmani ar-rahimi" tapi bisa juga "Bismillahi ar-rahmanu ar-rahimu" atau ada beberapa model lain, dan itu semua shohih. Kemudian jika kita mempelajari sbabun nuzul atau bisa disebut dengan ilmu tentang sebab turunnya suatu ayat, dengan ilmu itu kita bisa menqiyaskan kondisi pada waktu ayat itu diturunkn dengan waktu sekarang ini. Dan begitupun dengan disiplin ilmu yang lain, tentunya mempunyai manfaatnya masing-masing....

Selanjutnya tentang perbedaan cara baca dan juga kata dalam Alquran bisa kita ketahui melalui ilmu qiroat . Naun sepertinya, bidang disiplin ilmu ini sudah jarang diketemui atau diketahui oleh kebanyakan orang. Padahal ilmu ini sangat penting agar kita tidak mudah terprovokasi oleh perbedaan yang kecil dan seharusnya tidak membawa pertengkaran diantara umat muslim. Seperti yang kita ketahui bahwa (mushaf) Alquran yang sekarang ini ada dihadapan atau dirumah kita yang sering kita baca, merupakan mushaf utsmani. Yakni mushaf yang telah 'diseragamkan' pada masa khalifah Utsman Bin Affan menjabat.

Sebetulnya banyak sekali macam bacaan Alquran pada masa Nabi. Namun kekhawatiran akan terjadinya kekacauan atau pemalsuan oleh pihak luar Islam, maka macam bacaan Alquran pun diseragamkan. Selain mushaf Utsmani,Ada mushaf ibnu mas'ud, mushaf Ali bin Abi Thalib, mushaf Ibnu Abbas, dll. Dari setiap mushaf ada beberapa perbedaan didalamnya. Dan perbedaan itu memang benar adanya, karna Alquran memang diturunkan dengan "sab'atu ahruf"', itu semua agar memudahkan umat manusia dalam embaca Alquran. Ada perbedaan dari segi pengucapan, ada dari segi lahjah , panjang-pendek kalimat, dll. Bahkan membaca surat al-fatihah saja ada tujuh macam model membacanya. Ada beberapa perbedaan didalam surat alfatihah, seperti pada lafadz "maaliki yaumiddin" , pada lafadz "malik" ada yang membaca panjang dan ada yang membaca pendek. Atau ada juga yang membaca "ihdina as-shiroto-l-mustaqiim" menjadi "ihdina az-zhiroto-l-mustaqiim". Atau dalam mushaf lain ada juga yang membaca "ihdina shirotol mustaqiim" menjadi "irsyadna as-shirotol mustaqiim".
Coba anda googling "mushaf ibnu mas'ud" dan mushaf yang lainnya, di situ anda akan menemukan perbedaan yang memang ada dan benar. Atau anda juga bisa mencari "mushaf yaman/san'a".

Kaidah dasar dari Ilmu Qiro'at adalah : Al ashlu fil qiroah, ar-riwayah (Dasar dari qiroat adalah riwayat) Yap, riwayat yang bersambung sampai Rasulullah.

Cukup sekian, mungkin banyak kesalah dan mohon koreksinya. Semoga kita bisa lebih bijak dalam menyikapi perbedaan yang ada. Teruslah belajar !

Description: Mamang Ojan Rating: 4.5

Saturday, January 5, 2013

Bintang Sebagai Petunjuk




"...Para sahabatku seperti bintang..." 

Kalau orang-orang dahulu kala bisa mengetahui apakah akan terjadi hujan atau tidak melalui bintang-bintang di langit, atau mereka bisa mengetahui kejadian apa yang akan terjadi kemudian dengan melihat bintang-bintang di langit, berarti bintang-bintang itu tidaklah terletak di sembarang tempat , melainkan terletak sesuai dengan posisinya. Kalau dalam ilmu alam,bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri. Seperti matahari, komet, meteor, dll.

Bintang-bintang itu mempunya posisi, tanda, dan fungsi masing-masing. Kalau kita pelajari ilmu falak atau astronomi, maka kita bisa mengetahui bahwa ada bintang yang mempunyai nama pada posisi tertentu. Untuk lebih jelasnya, bisa googling atau bertanya kepada yang ahli.

"Bintang, malam hari menghiasi langit, bersama bulan menjadi penerang. "

Kalau teringat dengan kata "bintang", saya teringat dengan hadits Nabi yang artinya seperti ini : " Para Sahabatku seperti bintang, dimanapun kalian mengikuti mereka, niscaya kalian akan mendapat petunjuk"
Nabi meng-umpamakan para sahabat nya seperti bintang yang akan memberikan petunjuk jika kalian mengikuti. Nabi mengumpamkan seperti demikian pasti karena ada nya kesamaan sifat antara para sahabatnya dengan bintang. Apa kesamaan sifat tersebut ? ya itu tadi, akan memberikn petunjuk dari manapun kalian mengikuti mereka. Sahabat itu banyak, ribuan. Seperti bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya. Mereka memancarkan cahaya sendiri, mereka mempunyai cahaya sendiri. Menjadi penerang bagi sekitar.

Selanjutnya tentang bintang, mungkin di Al-quran sudah ada beberapa kode yang kita masih belum mampu untuk mengungkapnya. Perlu penelitian dan guru yang memumpuni kalau mau terus belajar tentang bintang ini. Dalam bahasa arab, bintang ini disebut "an-najm" atau "nujum". Mungkin bisa kita cari di Alquran kata tersebut, lalu kita renungi.

Inti yang mau sampaikan adalah bahwa tidak ada yang sia-sia dari alam ini. Alam ini penuh kode karena ia juga merupakan ayat kauniyah Tuhan. Yang bisa membacanya maka dia akan memahaminya.

ah ini hanya pikiran yang tetiba terlintas, mohon maaf kalau tidak jelas dan mohon koreksinya jika ada salah. Semoga kita selalu dalam bimbingan-Nya.
Wallahu 'a'lam bisshowab 

Description: Bintang sebagai petunjuk. Membaca alam: 4.5