Monday, October 28, 2013

Sssttt... Yang Ma'ruf itu bisa menjadi Munkar !

اذا قل المعروف صار منكرا و اذا شاع المنكر صار معروفا"
Apabila yang ma'ruf tlah kurang diamalkan maka ia menjadi munkar dan apabila munkar tlah tersebar maka ia menjadi ma'ruf.
Jika dilihat dan dibaca sekilas perkataan Ibn al-Muqaffa diatas, pastilah ada kejanggalan dalam perkataan tersebut. Ma'ruf menjadi munkar dan munkar menjadi ma'ruf. Bagaimana mungkin ma'ruf menjadi munkar hanya karena tak ada yang menjalankan dan begitupun sebaliknya, bagaimana mungkin yang munkar bisa menjadi ma'ruf hanya karena banyak yang mengamalkannya.
Seperti yang tlah umum  kita ketahui, bahwa ma'ruf berarti suatu kebaikan dan munkar adalah suatu keburukan. Menurut Prof. Quraish Shihab, ma'ruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu masyarakat selama sejalan dengan khoir-Khoir adl nilai universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunah. Adapun munkar, adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.
Dalam surat Ali Imron ayat 104 , disitu Allah dengan jelas membedakan kalimat ajakan/seruan yang digunakan untuk kata 'khoir' dan 'ma'ruf. Untuk kata 'khoir', Allah mengawalinya dengan kata 'yad'una ilal khoiri' yang berarti mengajak atau menyeru. Sedangkan untuk kata 'ma'ruf', Allah mengawalinya dengan 'ya'muruna bil ma'rufi wa yanhauna 'anil munkar' . Artinya adalah mereka menyuruh/memerintahkan kepada hal yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
Menurut Syahrur, ma'ruf adalah sesuatu yang diketahui oleh manusia dan mereka saling mengenalnya, kemudian terjadilah kesepakatan masyarakat. Pakian, jenggot, hubungan keluarga, dll merupakan sesuatu yang ma'ruf - menurut Syahrur. Sesuatu yang ma'ruf itu bisa saja berbeda di tiap daerah.
Kembali ke perkataan Ibn al-Muqaffa : "Apabila yang ma'ruf tlah kurang diamalkan maka ia menjadi munkar dan apabila munkar tlah tersebar maka ia menjadi ma'ruf". Perlu diketahui, bahwa asal kata ma'ruf adalah 'arofa-ya'rifu' yang berarti mengetahui. Sedangkan kata munkar berasal dari kata 'nakaro-yankiru' yang berarti segala sesuatu yang tidak dikenal. So, maksud Ib al-Muqaffa dr perkataan yang sedikit 'unik' itu adalah apabila sesuatu (adat) yang sudah diketahui (ma'ruf) itu sedikit yang melaksanakan, maka ia akan menjadi tidak dikenal (munkar) dan apabila sesuatu yang baru dan tidak dikenal (munkar) itu telah menyebar, maka ia akan menjadi ma'ruf (dikenal) .
Ya, pernyataan/pendapat Ibn al-Muqaffa itu adalah dalam bidang budaya atau adat. Bukan agama

Saturday, October 5, 2013

Misteri

Hidup memang sebuah misteri besar. Yang karena misteri itulah kita terus berjuang. Dari bayi, balita, anak anak, remaja, dewasa, hingga nanti kematian menghampiri, hidup masih penuh dengan misteri.
Masa lalu adalah pembelajaran, sekarang adalah kenyataan, dan esok adalah ketidak pastian. Manusia memang sebaik-baik makhluk, namun ia lemah. Karenanya ia butuh energi yang besar. Energi itu disediakan oleh alam semesta. Semesta merupakan makro kosmos, manusia mikro kosmos. Manusia mempunyai potensi besar untuk menyesuaikan energi yang dimilikinya dengan energi alam semesta.
Untuk mengetahui apa yang ada dibalik tembok saja manusia tak sanggup, atau mengetahui kejadian apa yang ada disekitarnya dalam satu waktu. Manusia membutuhkan perantara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, suara, komunikasi, ataupun tanda apapun yang memungkinkan tersampaikannya suatu informasi kepada dirinya. Misalnya, jika pada jam 23.00 terjadi kebakaran di pasar A, maka dibutuhkan orang yang mengabarkan peristiwa tersebut, atau ia bisa mengetahui kebakaran tersebut dengan melihat asap hitam yang membumbung ke langit dari arah pasar tersebut.
Karena hidup merupakan sebuah misteri yang entah misteri itu akan membawa kita kepada kebahagiaan atau sebaliknya, maka manusia dengan kekuatan pikirannya mengembangkan berbagai macam ilmu. Biologi, psikologi, sosiologi, astrologi, dll dengan harapan dapat membaca pola kehidupan dan meminimalisir kemungkinan kemungkinan yang tidak diinginkan. Contoh, dengan ilmu psikologi manusia bisa membaca watak seseorang, dengan sosiologi maka ia akan bisa membaca pola pergerakan masyarakat, ekonomi bisa menentukan keadaan keungan, dll.
Seseorang pernah menulis, "dengar saja dahulu, mungkin beberapa tahun lagi baru akan nyambung". Guru saya pun dan mungkin juga guru-guru kalian pernah berpesan "beli saja kitab/buku , masalah dibaca atau tidak, dibutuhkan atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting kita sudah punya pacul untuk menggarap sawah, punya kail untuk memancing.." Dan karena itu, mungkin amalan atau wirid yang kita anggap tidak dibutuhkan, suatu saat akan berguna dan dibutuhkan, yang penting, punya dulu.
Hidup adalah misteri, persiapkan senjatamu. Dan do'a adalah senjata orang mukmin, setidaknya itulah yang dikatakan Rasul.