Thursday, October 18, 2012

"Bab Al-Misuh"

Malam ini, 17 Oktober 2012, ada diskusi yang menarik di acara Mocopat Syafa'at. Majlis ilmu yang membicarakan berbagai macam disiplin ilmu dari sudut pandang yang tidak biasa, tidak kaku. Apapun dikaji di majlis ini, yang penting tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, bisa menambah iman, dan akan membawa output yang baik kepada sesama. Emha Ainun Nadjib atau yang biasa dipanggil Cak Nun menjadi narasumber utama, yang diikuti oleh beberapa narasumber lain nya yang bisa siapa saja, siapapun orangnya. Bahkan, audience pun diberikan waktu untuk menyampaikan unek-unek, ilmu, persoalan, atau apapun itu. Sehingga menjadi diskusi yang tidak monoton.

Berawal dari audience yang mengungkapkan hasil pikiran nya tentang "misuh." Menurutnya, misuh (marah-marah) itu berasal dari kata "wisuh" yang artinya mencuci. Dari sini, pembahasan tentang misuh semakin melebar dan dibahas lebih dalam.Pisuhan mendapat ruang untuk dikaji di majlis ini. Mungkin pisuhan itu artinya marah marah dengan menggunakan bahasa yanga "kasar" seperti ; jancuk, asu, muatamu, ndasmu,anjing, monyet, babi,mampus dll.

"Jangan jangan misuh itu asal katanya wisuh, yang artinya mencuci. Karena dengan misuh, kita bisa merasa lega, lebih enteng, seakan-akan itu dosa pada rontok semua" berkata seorang audience.
Menanggapi hal tersebut, Cak Priyo menguraikan (kira-kira) seperti ini , " Kalau mau misuh itu kita harus buat proposalnya dulu, jelas latar belakang nya apa, visi misi, tujuan, biaya yang akan keluar kalau nanti kita masuk rumah sakit atau kenapa,dll. Itu semua kita buat dalam hitungan detik dikepala, kalau tidak bisa membuatnya, ya ga usah misuh."

"Cak Nun juga pernah bilang kalau kita misuhi seseorang itu dengan kata-kata seperti : asu, anjing, bajingan,dll itu berarti kita juga lagi mendoakan orang tersebut dengan sifat-sifat yang positif yang terdapat pada binatang tersebut, anjing dengan kesetiaan pada majikannya, misalnya seperti itu. " Jama'ah/audience yang lain menambahkan.

Misuh juga tidak selalu bersifat negatif, asal sesuai kondisi dan tempatnya, maka kata-kata pisuhan itu bukanlah suatu kata-kata kasar atau kekesalan kita pada seseorang, tapi sebaliknya. Kata-kata pisuhan tersebut menjadi kata-kata yang penuh keakraban, penuh dengan cinta, keharmonisan. Seperti kita bercanda pada teman dekat dan kita bicara dengan dia dengan kata kata "asu, bego, monyet,jelek,dll" itu merupakan hal yang biasa, dan insyaAllah gak ada yang sakit hati. Atau seperti di Surabaya yang sudah biasa dengan kata-kata 'jancuk' , di Jakarta ada kata 'anjing/anjir', dan di beberapa kota di Jawa yang biasa menggunakan kata 'asu,matamu,ndasmu,dll' saat menyapa temannya, itu merupakan tanda kedekatan antar pribadi manusia. Ingat, asal disaat situasi,kondisi, dan waktu yang tepat, kata-kata pisuhan tidak melulu berarti negatif.

Tentu masih banyak lagi hal yang dikaji pada malam itu, bukan hanya misuh-memisuh. Tapi menurut saya ini hal yang menarik dan sangat jarang ada. Acara selesai jam tiga dini hari, jama'ah berdiri, berdoa, dan pulang dengan membawa masing-masing ilmu yang mereka dapat.

Dan menjadi catatan pribadi saya, Mocopat Syafaat ini sangat spesial. Bahkan dalam hal misuh-memisuh saja dikasih ruang untuk di diskusikan, di olah kembali menjadi hal yang positif. Jarang atau mungkin tidak ada sama sekali satu majlis manapun yang berani mendiskusikan hal tersebut. Di majlis ini, jama'ah diajak untuk mengenal budaya, kekayaan, serta potensi apa saja yang ada pada NUSANTARA. Mengenal tujuan hidup yang utama, yaitu men-tauhid-kan Allah. La ilaha illa Allah .

Description: Mamang Ojan Rating: 4.5


0 komentar:

Post a Comment

Silahkan komen .......