Saturday, February 2, 2013

Ilmu

"Kita bisa berjalan menyusuri jalan ini, baik dengan bimbingan guru ataupun dengan usaha sendiri. Jika memilih dengan bimbingan guru, maka carilah guru yang benar benar kau yakini mampu dan bisa menyusuri jalan ini dengan selamat, lalu patuhi. Dan Jika kau memilih tuk menyusuri jalan ini sendirian, maka bersiaplah untuk kesasar dan menemukan jalan yang rumit, tentu itu akan mengitar dan menghabiskan banyak waktu, dan siaplah untuk tidak kecewa jika kau tak sampai pada alamat yang menjadi tujuanmu. Guru, bukan hanya memberikan materi teori di dalam kelas, tapi dia juga mengarahkan dan juga mengontrol akhlak kita untuk selalu dalam jalan yang "benar". Sebenarnya, tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai guru. Bahkan Nabi Muhammad mempunyai Jibril sebagai guru, Nabi Musa yang berguru kepada Khidr. Lalu munculah sebuah riwayat "Orang yang belajar tanpa guru, maka gurunya adalah setan". Karna setan membisikan dan kita tak mempunyai dasar, maka terbujuklah kita untuk mengikuti langkah-langkah yang ia berikan. Mengikuti peninggalan berupa jejak dari setan, karna kita tersesat, kita ga bisa membedakan mana jejak yang bisa mengantarkan kita menuju tujuan dan mana jejak yang membawa kita ke jurang kesesatan. Kalau ilmu itu adalah cahaya, maka seharusnya ilmu itu bisa membuat semuanya menjadi jelas. Apa yang harus kita  lakukan dan apa yang harus di tinggalkan. Kita akan lebih bijak dalam bersikap (seharusnya). Cahaya pun menerangi sekitar, tidak hanya diri sendiri. Cahaya menarik perhatian, dia bisa menarik sekitar untuk mendekat kepadanya. Memberikan kehangatan. Wajarlah jika Rasul bersabda bahwa memandang wajah ulama juga merupakan kebaikan. Atau jangan jangan, ilmu juga ada yang bersifat seperti "black hole", pusat kegelapan yang melahap segalanya. Nasihat Al-Waqi' kepada Imam Syafi'i tatkala sang imam dilanda kesulitan dalam menghafal "Tinggalkanlah maksiat, karna ilmu itu merupakan cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat". Karna maksiat menambah titik hitam di hati. Jika penuh dengan titik hitam maka akan gelap, dan cahaya akan sulit masuk. Karna itulah setiap kita, diwajibkan untuk senantiasa mencari ilmu yang bisa juga berarti mencari cahaya, hingga akhirnya kita kembali ke sumber cahaya. Ilmu juga yang akan membimbing kita untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta, sebuah riwayat menyatakan : "Man zada 'ilman wa lam yazdad hudan walam yazdad minallahi illa bu'dan" yang artinya "Siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayah, maka tidaklah bertambah dari dirinya dari Allah kecuali bertambah jauh(dr Allah)." Dengan Ilmu pula Allah mengangkat derajat seseorang "yarfa'illahu alladzina amanu minkum walladzina utul 'ilma darojat" Dan  hanya orang yang berilmulah yang takut kepada Allah. "Innama yakhsyallaha min 'ibadihi al 'ulama" Hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah. "Yakhsya" ialah rasa takut yang menyebabkan kita berusaha untuk mendekat dan selalu mendekat kepada yang ditakuti. Mungkin semacam rasa takut untuk diabaikan, dihiraukan, diacuhkan. Orang 'alim (berilmu) sudah menemukan prioritas atau tujuan utama dalam kehidupan ini dan tahu apa yang harus dilakukan.Mereka menjadi muttaqien (orang-orang yang bertaqwa). Kemudian orang yang bertaqwa itu menjadi kekasih atau waliyullah, yaitu mereka yang tidak khawatir dan bersedih hati terhadap kehidupan dunia ini. Hati mereka bergantung kepada Allah, terus menempel (ta'alluq billah). "
Sekian dan terima koreksian beserta masukan....

Description: Mamang Ojan Rating: 4.5