Friday, September 21, 2012

"RAYYA"





RAYYA
Cahaya di Atas Cahaya

“Hidup bukan tentang  memilih, tapi dipilihkan, dan aku memilih kamu, tapi dia istriku”,Bram berkata kepada Rayya. Bram adalah seorang pilot yang menjadi pacar Rayya. Tapi ternyata Bram berbohong, dia sudah terlebih dahulu tunangan dengan wanita lain sebelum dia pacaran dengan Rayya dan sampai akhirnya si Bram menikah dan baru engungkapkan pernikahannya kepada Rayya saat istri Bram sedang hamil. Bram harus bertanggung jawab pada pilihan yang telah dia terima, dia telah menikah dan dia harus bertanggung jawab pada istri dan juga keluarga, dia gak memilih Rayya, seorang artis terkenal ,kaya, dan cantik. Rayya adalah seorang artis besar yang di film ini digambarkan sebagai artis nomor satu di Indonesia. Dia bisa memilih lelaki manapun yang ia mau. Sampai saatnya Rayya melakukan perjalanan dan ia hanya ingin ditemani oleh photographer nya saja, berdua. Kemal, itu nama photographer nya. Mereka melakukan perjalanan berdua  mencari spot yang indah untuk melakukan pengambilan gambar Rayya. Dalam perjalanan mereka suka berbeda pendapat dan adu bacot, sampai pada saatnya Rayya mengusir si Kemal. Pengusiran tersebut dilakukan karena si Kemal sempat berbohong kepada Rayya perihal pengusiran yang dilakukan si Kemal kepada anak kecil yang ingin bertemu Rayya. Kemal tak terima pengusiran dirinya oleh Rayya, Kemal membentak Rayya “Kamu ini manusia keramik, kau ingin manusia menjagamu, melayanimu, tapi kau sendiri gak ada isi nya ! kosong !”,kira-kira begitu ucapan yang dilontarkan Kemal kepada Rayya. “Jangan pernah menganggap sepele kebohongan”, Rayya membalas perkataan Kemal. Mungkin ucapan itu terlontar dari mulut Rayya karena dia telah merasakan sendiri dampak akibat dari kebohongan, seperti kebohongan Bram kepada Rayya sebelumnya.

Kemal pergi, Arya datang, seorang photographer separuh baya yang menggantikan posisi Kemal. Arya bagaikan cermin atau lebih tepatnya bagaikan guru. Dalam perjalanan Rayya bersama Arya ini, banyak hal yang ditemukan tentang makna hidup. –Saya akan menguraikan beberapa yang saya ingat dari film tersebut dan penafsiran/pemahaman yang saya dapat dari film tersebut.

“Aku mau ‘bunuh diri’, karena gak mungkin aku membunuh orang lain.” Mungkin maksud dari kata-kata itu adalah membunuh diri sendiri dari keinginan-keinginan ataupun sifat buruk yang ada pada diri dan bisa merugikan orang lain. Karena ga mungkin kita menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan sementara kita masih penuh dengan kemaksiatan. Menaklukan syahwat , keinginan yang condong pada diri manusia untuk melakukan sesuatu. Kalau saja kita sudah bisa menaklukan syahwat dan bertindak tidak menggunakan syahwat, mungkin kita akan terhindar dari salah langkah dan menjernihkan segala tindakan kita.
“Rayya, kamu itu punya jiwa yang kuat, bahkan lebih kuat dari penderitaanmu” Arya berkata kepada Rayya. Mendengar kalimat ini saya teringat perkataan Cak Nun saat maiyah di Jogja, kalau kita adalah khalifah bagi diri kita. Segala rasa yang hinggap pada pikiran dan hati kita, bisa kita perintah/atasi. Seperti jika keadaan pusing/mumet dating, katakanlah pada dirinya “eh pusing, lu lima menit aja hinggap di pikiran gua !” kira kira perintahnya seperti itu atau bagaimana terserah anda. Yang jelas kita adalah khalifah bagi diri kita sendiri. Jadi, penderitaan seperti apapun gak akan membuat kita menderita jika kita mau berbagi sedikit saja dengan penderitaan itu dan menganggap itu bukanlah sebuah penderitaan.

“Kamu dulu kuliah dimana ?” Arya  bertanya pada Rayya.
“Pertanyaan kamu salah, seharusnya ; kamu pernah kuliah nggak ?” Rayya berkata
“Aku belum pernah kuliah, dan sekarang aku baru masuk kuliah, Universitas kehidupan, jurusan pasar, dan alam sebagai dosen ku.” Begitulah kira-kira jawaban yang diberikan Rayya.
Kehidupan ini adalah universitas yang sebenarnya. Alam sebagai dosen, memberikan pelajaran yang tak kita dapatkan di lembaga lembaga formal, alam memberikan pelajaran dan pengajaran serta tamparan bagi kita.

“Alim itu hubungannya sama agama, dan agama itu tentang ketenangan batin dan kemampuan berpikir, dan orang yang alim pasti menutupi agamanya. Seperti kita menghidangkan makanan, yang kita hidangkan adalah nasi nya bukan kompornya” ~Arya.
Mungkin kalau kata Gus Dur “ berbuat baik lah kepada semua manusia, karena orang yang berbuat baik tidak ditanya agamanya apa.”
Perumpamaan yang bagus dari kata kata diatas. Kompor itu ibarat seperti agama, dan nasi adalah hasil kita mengolah kompor tersebut, kita bisa menghidangkan hal yang bermanfaat bagi manusia yang lain berkat kita mengolah kompor tersebut menjadi hal yang positif, tidak mengolah kompor tersebut menjadi hal yang negative, seperti menjadikan kompor tersebut untuk membakar rumah atau membakar tubuh kita. Nasi adalah hasil penghayatan kita terhadap agama. Dan jika nasi itu tidak enak atau membuat orang memnjadi mati keracunan, jangan salahkan kompornya, tapi salahkan orang yang memasak. Mungkin dia salah meramu resep nya atau salah memasukkan antara garam atau racun.

“Marah itu metode social, boleh marah tapi jangan dengan amarah” –Arya
Kalau quote yang ini saya juga kurang paham, tapi kemaren sudah bertanya sama Om Aul dan beliau menjelaskan seperti ini : Maksud marah boleh tapi jangan dengan amarah, seperti kamu ketika di kencingin sama balita umur dua bulan, marah itu hanya sesaat kemudia flat(datar) kembali.  Dan dari penjelasan Cak Nun , yang menghina dan yang di hina itu mulia-an mana ? tentu yang dihina. Karena dengan dihina kita mempunyai kesempatan untuk memaafkan,sabar,dll.

Dan dari beberapa dialog  antara Rayya dengan Arya, disitu jelas menjelaskan masalah pencarian,perjalanan,dan cahaya. Sebenarnya apa yang kau cari ? Untuk menemukan saja gak akan cukup sepanjang umur, apalagi untuk mencari. Kita harus menyerahkan diri/tawakkal kepada Allah, biarkan Allah membimbing kita, memperjalankan kita, seperti saat Nabi Muhammad diperjalankan dari masjidil harom ke masjiidil aqso dan kemudian ke sidratul muntaha. Jika kita sudah di perjalankan oleh Allah, maka segala semua kehidupan kita akan dijamin oleh Allah. Dalam perjalanan kita menemukan berbagai peristiwa, pembelajaran dalam hidup untuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Seperti puzzle, merangkai, mensinkronkan segala yang ditemukan dalam hidup ini.

Dan mereka yang tidak menderita dengan penderitaan mereka itulah cahaya. Mereka tetap menebar senyum dengan tulus tanpa diminta . Taka da penderitaan dalam senyum mereka. Mereka adalah cahaya diatas cahaya. Rakyat yang terzolimi namun tetap kuat dan teguh dengan hidup mereka, merekalah cahaya. Sedangkan Rayya, yang seorang artis, selebritis dengan segala kelebihan yang dia punya tidak membuat dia bahagia, bahkan kemewahan yang dia punya pun tak berguna ketika berada di pasar.

Dan dialog yang sangat keren menurut saya adalah ketika Rayya berkata “Wahai dunia, aku mencintaimu dengan segala gemerlap yang kau punya, tapi kau bukan pengantin ku dan aku bukan pengantin mu.” Perkataan itu diulang sampai beberapa kali, jadi semacam ikrar pada diri sendiri. Atau kalau Gus Miek menyebutnya dengan “talak tiga kepada dunia .“ Tidak diperbudak dunia dan bebas dari segala keinginan dunia sehingga kita gak terperosok dalam kemewahan dunia dan memalingkan kita untuk terus ingat kepada Allah.

Dan di akhir cerita, Rayya berkata  “…..Rayya adalah kegelapan dan puncak kegelapan Rayya adalah saat semua manusia menganggap baik Rayya” *Kalo gak salah si begitu*
“Kita belajar bersama-sama memantulkan cahaya diatas cahaya”- Nasehat terakhir Rayya.
Apa itu cahaya di atas cahaya ? Temukanlah !


~Masih banyak pelajaran dan hikmah yang bias diambil dari film “Rayya” ini, ini hanya sebagian yang saya tulis dan saya ingat. Film ini sangat cocok bagi Indonesia di tengah-tengah suguhan film sekarang banyak yang tidak “berkualitas”, komedi bokep, horror bokep, cinta bokep, dll.

Semoga manfaat.


Description: Mamang Ojan Rating: 4.5

2 comments:

Silahkan komen .......